Minggu, 03 Januari 2016

Cerita Hantu dari Tanah Kalimantan 2

Mendengar jawab ane secara panjang lebar, reaksi si bapak malah tersenyum dan kemudian berkata,

Bapak : “Bagus sekali, berarti tidak salah kalau saya memaksa pian untuk dating kesini.”

Bagi ane suatu jawaban yang sedikit membingungkan sekali karena diluar prediksi ane.

Bapak : “ Coba ulurkan telapak tangan pian, ..” pintanya.

Anepun mengulurkan telapak tangan kea rah si bapak sambil bertanya-tanya di dalam hati, mau apa gerangan. Si bapak mengulurkan tangannya dan menempelkannya ke tangan ane yang terbuka. Ane lihat dia tersenyum sendiri dan mengangguk-ngangguk. Lalu berucap :

Bapak : “Hmmh, pian cocok sekali,… “ katanya jelas

Bapak : “Kalu gitu, tolong diterima 3 barang ini “ katanya sambil menyodorkan 3 barang kepadaku.

Ane : “Apa ini pak,… ?”

Bapak : “barang yang pertama ini adalah keris semar mesem, tanpa saya jelaskan pasti pian sudah tahu manfaatnya. Barang yang kedua ini namanya rajah kijang mas putih, fungsinya sebagai penderas rejeki. Sedangkan barang yang ketiga ini namanya Mustika air, fungsinya banyak salah satu diantaranya adalah untuk pengobatan. Mustika air ini biasanya muncul ketika ada orang yang mati tenggelam di satu pusaran air sungai dan diambilnyapun dengan ritual khusus. “ Kata bapak itu menjelaskan.

Bapak : “Sekarang ketiga barang ini saya berikan kepada pian, mohon pian simpan dan jangan pernah menunjukkan atau menjualnya kepada siapapun.” Ujarnya lagi.

Saat itu ane berusaha menolaknya dengan halus dengan mengatakan bahwa ane tidak pantas diberikan barang tersebut. Namun si bapak tetap bersikeras meminta ane mengambilnya. Kemudian untuk menghilangkan rasa penasaran, ane menanyakan satu pertanyaan :

Ane : “Pak, saya tidak kenal dengan bapak, demikian juga sebaliknya, lantas dengan dasar apa bapak memberikan barang ini kepada saya ?”

Bapak : “Jodoh,….” Jawabnya singkat tanpa memperdulikan ane.

Kemudian si bapak mengatakan lagi kepada ane : “Ada satu benda lagi yang ingin bapak berikan, namanya Mustika Merah Delima”

Sedikit kaget ane mendengar nama itu. Nama Mustika Merah Delima sudah pernah ane dengar dari almarhum orang tua. Waktu itu orang tua mengatakan bahwa Mustika Merah Delima merupakan barang langka yang sukar di dapat dan hanya masuk katagori berjodoh saja. Dalam artian, diritualkan pun, bila tidak berjodoh maka tidak akan bisa dimiliki.

Lalu si bapak mengeluarkan batu tersebut sambil mempertunjukkan ciri khas Mustika Merah Delima, yaitu dengan menjejerka beberapa gelas berdampingan dan mencelupkan batu itu di gelas yang paling ujung. Sontak seluruh air di gelas yang ada berjejer berwarna merah. Kalau tidak salah, ada 7 gelas yang dijejerkan saat itu.

Bapak : “Pian, barang ini akan saya berikan kepada pian, namun tidak bisa sekarang karena masih ada energy yang harus diselaraskan dahulu. Silahkan pian kembali lagi kesini malam sabtu nanti. Saat ane di rumah si bapak itu adalah malam rabu.

Ane : “Apabila bapak memang merasa saya pantas diberikan, insya allah saya akan dating.” Jawab ane

Selanjutnya kami sempat terlibat pembicaraan dan seluruh pertanyaan yang sudah lama pengen ane tanyakan semuanya sempat ane tanyakan dan salah satunya adalah terkait dengan kasus keributan antara suku dayak dengan suku Madura yang sangat menghebohkan itu. Seluruh pertanyaan dijawab dengan rinci dari asal muasal hingga akhir peristiwa dimana Panglima perang suku dayak sampai turun tangan langsung saat itu. Untuk yang ini baiknya tidak perlu ane ceritakan karena tidak ingi membangkitkan kenangan pahit bagi saudara-saudara kita yang menjadi korban dan cukup ane simpan di hati saja.
Singkat kata, ane kembali diantar pulang oleh si bapak ke base ane tinggal sambil mengingatkan agar jangan lupa malam sabtu nanti datang mengambil barang yang disebutkan itu.

Satu hal yang menarik disini adalah, keesokan harinya ane mendapat telpon dari sitri yang isinya meminta ane pulang segera. Saat itu ane jelaskan bahwa ane ada urusan penting sampai hari jum’at dan baru bisa kembali ke Jakarta pada hari Sabtu. Anehnya saat itu istri tetap ngotot meminta ane pulang. Sungguh ini diluar factor kebiasaannya. Ane mencoba menawar saja tetap istri ane tidak mau mengerti, katanya anak sakit dan pengen ketemu banget.
Akhirnya dengan perasaan gamang, hari Kamis ane putuskan pulang ke Jakarta. Sesampainya di Jakarta, ane menemui anak ane dalam kondisi sehat wal afiyat dan tidak seperti yang diceritakan oleh istri tempo hari saat meminta ane pulang.

Lama ane renungi peristiwa ini, sampai akhirnya ane mengambil kesmpulan bahwa mungkin ane belum berjodoh dengan Mustika Merah Delima itu. Mungkin ucapan almarhum orang tuan ada benarnya bahwa Mustika Merah Delima memang masuk katagori jodoh-jodohan.

Lanjut ke satu bulan kemudian ane kembali lagi ke Kalimantan, ane mencoba menemui si bapak itu dengan mendatangi rumahnya, namun ane tidak bisa menemuinya. Seluruh warga yang ada di lingkungan itu tidak mengenalnya.
Hingga saat ini, peristiwa tersebut masih teringat di pikiran ane. Siapa bapak itu ? Bagaimana ane bisa mengalami hal itu ? Sampai saat ini ketiga barang tersebut masih ada di tangan, ane simpan saja di laci lemari, tidak pernah ane keluarkan, pergunakan atau memberikan perlakuan khusus layaknya orang lain. Yang tetap ane jalankan adalah menjaga amanahnya untuk tidak menjualnya kepada siapapun. Ane tidak tertarik dengan khasiatnya atau apapun yang bersifat kelebihannya karena bagi ane hanya kepada Allah kita berserah diri sesuai dengan pesan almarhum ajengan guru ane waktu di pasantren dahulu maupun almarhum orang tua semasa hidupnya

0 komentar

Posting Komentar