Minggu, 03 Januari 2016

Cerita Seram Menginap di Hotel Berhantu 1

Peristiwa ini terjadi sekitar hampir 1 tahun silam dimana saya ditugaskan oleh perusahaan untuk melakukan survey tower-tower baru sepanjang Kapuas sampai Palangkaraya untuk pekerjaan Telekomunikasi.

Kala itu hari sudah malam, setelah seharian melakukan survey di lapangan di kota Palangkaraya, akhirnya kami (saat itu saya berdua dengan kawan) mencoba mencari penginapan. Setelah berkeliling kota, akhirnya kami tiba di satu Hotel, sebut saja Hotel XXX (mohon maaf bila tidak disebutkan untuk menjaga kenyamanan bersama). Bagi saya pribadi, hotel ini cukup enak dilihat, selain tempatnya juga luas mirip bangsal (tidak bertingkat) juga terlihat cukup nyaman.

Kami tiba di Hotel sekitar jam 8 malam waktu setempat. Saya membereskan peralatan bawaan di mobil sementara teman saya melakukan check in di receptionist. Ketika tiba di lobby, proses check in sudah selesai dan saya langsung mengikuti teman ke kamar yang dipesan. Kondisi kamar cukup nyaman dengan double bed serta kamar mandipun cukup luas dan dilengkapi dengan Bath Tub. Pada sudut kamar terdapat pintu, sepertinya pintu itu menghubungkan ruangan ini dengan ruangan kamar sebelahnya. Namun tentunya terkunci rapat. Saya pikir mungkin karena bangunan lama atau apa sehingga ada pintu penghubung antar kamar di sebelahnya. Karena lelah, saya langsung merebahkan diri di kasur, sebentar saja langsung lelap tertidur. Rupanya rasa capek setelah seharian keliling melakukan survey membuat badan ini terasa penat sekali.

Sekitar jam setengah dua pagi-an, saya terbangun karena merasakan panas. Saya lirik jam di tangan, memang menunjukkan jam setengah dua pagi-an. Saya dapati AC ruangan mati sehingga kamar terasa panas sekali sementara saya lihat kawan tengah lelap tertidur di bed sebelah. Karena AC mati, maka reaksi saya yang pertama adalah mencoba menghidupkannya, namun tidak berhasil karena sepertinya powernya tidak ada. Lalu sayapun mencoba menghubungi receptionist melalui telepon extension kamar. Lama mencoba menghubungi namun tidak ada yang mengangkat, saya berpikir kemungkinan mereka sedang sibuk atau tertidur disana.

Lalu saya putuskan untuk keluar langsung dan mendatangi receptionist. Begitu pintu kamar saya buka, tampak koridor sepi dengan lampu yang menurut saya saat itu cukup remang. Posisi kamar di tengah koridor yang saya perkirakan sekitar 30 - 40 meter-an menuju lobby hotel. Di depan saya terletak lobby Hotel yang saya pikir cukup gelap untuk ukuran Lobby dan tidak seperti di Hotel lainnya yang biasanya terang benderang. Namun saya tidak memikirkan hal itu.

Begitu tiba di lobby, saya lihat meja receptionist kosong melompong. Suasana sekitar yang sangat remang membuat bulu kuduk di leher sedikit berdiri. Nyaris tidak saya temui aktifitas apapun di lobby ini. Sofa kosong, tidak ada security yang menjaga dan benar-benar tidak ada receptionist di sana. Leher ini sedikit merinding berada di tengah ruangan yang kosong melompong dan saya memutuskan kembali ke kamar saja. Sialnya saya lupa dengan nomor kamar saya. Rupanya ini yang tidak saya perhatikan ketika masuk tadi. Lebih sial lagi adalah saya tidak membawa HP di kantong. Akhirnya dengan sedikit perasaan merinding karena kondisi yang remang, saya coba buka handle kamar yang saya jumpai pelan-pelan dengan menyusurnya satu satu persatu. Dalam hati hanya membatin semoga saja saya tidak disangka menyelundup masuk ke kamar orang karena hampir seluruh pintu kamar di barisan tengah saya coba buka. Rasanya di belakang saya seperti ada yang memperhatikan, namun saya hiraukan saja karena tujan saya hanya focus mencari kamar saya.

Setelah beberapa kali mencoba membuka handle kamar yang ada, akhirnya saya berhasil juga menemui kamar sendiri (benar-benar hal yang menyenangkan saat itu). Apakah cerita ketegangan malam ini hanya sampai disini ? Ternyata tidak. Tiba di kamar, saya ingat kalau saya belum sempat sholat isya karena ketika tiba di kamar tadi langsung tepar. Akhirnya saya memutuskan untuk ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Tiba di kamar mandi, tidak ada keran untuk wudhu, yang ada hanya keran di wastafel dan di bath tub. Saya putuskan untuk berwudhu di wastafel saja. Oh iya, posisi wastafel berseberangan dengan bath tub dengan kaca yang lumayan besar terpasang di wastafel sehingga bath tub yang berada di seberangnya akan bisa terlihat dengan mudah.

Seperti biasa, saya berwudhu dimulai dengan berkumur dan lainnya. Ketika membasuh muka saya sedikit menundukkan wajah, namun saat saya tegakkan wajah, mata saya melihat melalui kaca wastafel ada sosok putih terbujur celentang di bath tub. Jujur tidak bisa saya ungkapkan dengan kata bagaimana perasaan di hati saat itu ketika melihat sosok putih membujur terlentang di bath tub di belakang saya dengan posisi wajah memandang langit-langit melalui kaca di depan saya. Rasa takut, gemetar, bercampur menjadi satu. Kalau mengikuti kata hati, ingin sekali teriak lalu kabur dari kamar mandi. Namun saya urungkan mengingat proses wudhu saya belum selesai. Akhirnya saya lanjutkan wudhu hingga selesai sambil memejamkan mata saja agar pemandangan di belakang tidak semakin mengganggu. Proses wudhu yang kalau dijalani paling hanya sekitar 3 – 5 menit saat itu terasa lama sekali apalagi di akhir wudhu saya harus mengangkat kaki ke wastafel untuk mencucinya. Sejujurnya, hingga proses wudhu usai, saya tidak melirik atau menolehkan wajah ke arah bath tub tadi. Saya hanya focus untuk kelua dari kamar mandi dengan segera

0 komentar

Posting Komentar