Jumat, 11 Desember 2015

Pengalaman Cuti 1

Entah bisa jadi hari sial ato malah hari keberuntungan, saat itu saya berjalan sendiri seperti biasanya, menyusuri jalan yang sepi lengang di suatu daerah pinggiran desa.
Masih ingat klo waktu itu saya jalan-jalan sehabis shalat isya di masjid yg hanya beberapa meter dari rumah kakek dan nenek, sebelum berangkat untuk sholat, saya sudah berniat ingin jalan2 sendiri karena waktu itu di rumah sangat membosankan.
Senter, sarung, kupluk (penutup kepala) sudah saya siapkan, sampai2 ada yg yg bertanya "lu mau ngeronda ape mau sholat".
Skip sampe saya selesai shalat dan mulai melakukan perjalanan.
Perjalanan di mulai dari dusun itu sendiri, sambil menyalakan rokok, saya mulai berjalan, suasana dusun yg remang redud karena lampu2 yg digunakan masih menggunakan bohlam 5 sampe 10 watt, ditambah rumor dari warga akan terror kuntilanak yang akhir2 ini sering di bicarakan, membuat suasana sepi dan mencekam.
Seraya menyusuri jalan, sayup2 dari beberapa rumah terdengar suara orang2 pemilik rumah yang sedang mengobrol, itu menandakan bahwa di balik kesunyian ada keramaian (-__-")
Dan sampe akhirnya saya berada di ujung desa, dimana jalan pun sudah berubah menjadi tanah merah dan menyisakan satu bangunan rumah yang sudah tua dan kosong.
Rumah yang dulu pernah ditempati oleh seorang wanita yang kata warga sekitar, pernah melakukan pesugihan. Dan kini sepeninggal nya, rumah itu kosong dan dihuni oleh sesuatu yang lain.
Lama saya diam di depan rumah tersebut, sambil kembali menyalakan rokok, sayup2 terdengar suara wanita yang sedang bersenandung sunda dari dalam rumah tersebut.
Saya pun mencoba untuk mendengar dengan lebih jelas dan tiba2.... HP bergetar membuat konsentrasi saya buyar.
Skip yang telpon itu, gak penting *hahahahhahahaha*
Saat mencoba untuk mendengarkan, suara itu sudah hilang, cuma sunyi senyap kembali, kali ini bukan telinga yang ditajamkan, tapi penglihatan *bahasanya........
Sekilas terlihat ada 1,2,3,4... 8 orang anak kecil yg sepertinya sedang bermain. Anak kecil yang hanya menggunakan celana pendek dan bertelanjang dada, spontan saya sorot mereka pake senter dan wooowww !!!!
Kompakan mereka melihat ke arah saya, kulitnya gelap, dengan kepala yg botak dan hidung yg berlendir, matanya putih begitu contrast dengan warna kulitnya, mereka pun menyeringai memperlihatkan giginya yang rusak dan ga beraturan.
Tanpa pikir panjang saya pun pergi dari rumah tua tersebut dan salahnya.... Bukanya balik ke kampung tapi malah ke dalem hutan.
Seraya langkah yg mulai ga menentu, saya malah fokus terus ke arah hutan (haduuh), sekali dua kali melihat kebelakang sambil sorotin lampu senter ke arah rumah itu, dan kedelapan bocah item itu masih ngeliatin saya sambil nyengir - nyengir ga jelas.
Mulai tersadar saya masuk ke arah hutan saat melihat sebuat gubuk yang notabene adalah milik salah satu keluarga.
Otomatis saya kaget, lha ngapain coba saya malah kabur kesini, akhirnya udah ketanggungan juga, saya pun duduk di sebuah pohon yg udah di tebang sambil ngeroko dan ngeliat jam di HP, masih jam 10 mlm.
Duduk sambil ngerokok, menikmati suara malam, baik dari daun-daun yang di hembus angin sama binatang-binatang malam. Fenomena yang jarang ditemui di kota-kota besar.
Dari balik pepohonan terpancar cahaya bulan, entah kenapa pas liat itu bulan saya teringat sama sosok wanita yang saya sukai (tepok jidat) tapi jujur saya menikmati moment tersebut, ngeliat bulan sambil mikirin dia.
Lagi enak2 nya mandangin bulan, tiba-tiba !!!! Whoooosssss !!!!
Angin yg sepoy-sepoy jadi malah agak kenceng. Dan sesuatu berwarna putih pindah dari pohon ke pohon (-____-").
Tersentak kaget, saya pun jatoh dari pohon yang saya duduki.
Dan itu adalah sesuatu yang selalu buat saya porno eh parno hahahahha...
Itu pocongkk, yup itu pocongkk, kenapa pocongkk ? Yah karena display nya orang yg pake kafan kaya permen sugus. Apa lagi kalo bukan pocongkk.
Dari situ lamunan saya akan muka wanita yang sekarang udah ga satu tempat kerja pun buyar, hilang diterjang pocongkk yg pindah kesana kesini, lalu stay di atas gubuk.
Tanpa pikir panjang saya pun bergegas dari situ dan turun ke bawah bukit yg disitu terhampar sawah dan kebun yang luas.
Setelah menghindar dari hantu permen sugus, dan karena terlanjur sudah berada di dekat persawahan dan perkebunan keluarga, akhirnya saya melanjutkan jalan-jalan ekstrim.
Dari kejauhan terlihat lampu petromax. Dengan perasaan lega dan senang hati saya pun mendekati cahaya lampu tersebut.
Ada seorang warga, sebut saja mang ujang, mang ujang adalah warga dari dusun sebelah, kerjaanya klo malem itu ya ngureg alias berburu sidat/belut.
Berasa ada teman akhirnya saya berkenalan dengan si mang ujang, siapa tau dapet belut trus dikasih and then makan bakar belut di tengah-tengah kegelapan malam di persawahan.
Kita banyak mengobrol disitu dan sampailah di suatu percakapan dalam bahasa sunda yang sudah saya terjemahkan ke bahasa indonesia yang baik dan benar dengan eyd.
"Kang, saya denger-denger soal rumor akhir-akhir ini di desa, mengenai terror dari kun..." Belum selesai bicara, si kang ujang terus melarang saya buat meneruskanya.
"Kamu ini mau ikut nyari belut apa nyari itu ?" Dari jawabanya itu, saya tau kalau si kang ujang itu ga mau membahas masalah itu,
Malam semakin larut, baru 5 ekor belut yang ketangkep, karena jumlahnya yang masih sedikit, saya jadi malu buat minta.
Akhrinya di pematang sawah yang agak tinggi, saya duduk lagi dan mulai menyalakan rokok kembali, mengeset HP dan memasang earphone.
Sedang asik2nya mendengarkan lagu, tiba2 kang ujang datang.
"Kang, ini ada 3 ekor belut buat kamu, bebas mau di bakar, goreng, ato makan mentah silahkan" sambil ngasih kantung keresek yang sudah berisi belut.
"Lho kang ujang mau kemana ?"
"Saya mau pulang, soalnya hasil malam ini sedikit" sambil akhirnya si kang ujang pergi ke arah kampung.
Dengan berbekal belut yg masih menggeliat, saya pun pergi ke pinggir sungai untuk membakar belut itu karena lapar, SENDIRIAN !!!!
Bisa di bilang saya emang punya penyakit autis akut, emang suka jalan-jalan sendirian. Sambil nunggu belut mateng, saya pun merokok (kebiasaan buruk, jangan ditiru).
Gak lama, suasana menjadi sepi, ga ada angin, suara binatang malam pun berhenti (lebay).
Tiba2 terdengar suara gemercik air dari sungai, seperti ada orang yang sedang melangkah di air.

Senter pun saya sorot ke arah sungai dari hulu ke hilir tapi ga nemu sesuatu yang bergerak, arus air pun kayanya tenang2 aja, dan senter pun berhenti di suatu spot.
Spot tempat favorit saya dulu waktu keci, saya suka berenang di spot tersebut, saat disorot itu saya tau sekali seharusnya ada bongkahan batu besar yang tersorot lampu, tapi ini nggak, seperti ada object yang mengahalangi batu besar tersebut, sesuatu itu berwarna hitam dan besar.
Keringat dingin mulai keluar, seluruh badan gemeteran, rasa khawatir dan takut itu pasti ada, karena apa? Karena posisi saya waktu itu jauh dari peradaban alias desa, kalo pun harus lari, sangat sulit di malam hari seperti ini.
Mau tak mau, rela tak rela, saya pun cuma pasrah, doa ta henti-hentinya dalam hati, tapi dipikir2 si bayangan hitam itu kok nggak gerak, karena dalam pikiran saya waktu itu, kalau itu bayangan mengecil berarti menjauh atau sebaliknya, suara api yg terpercik membuat saya ingat akan belut yg saya bakar, dan agar tidak takut, akhirnya saya memfokuskan diri ke belut.
Penasaran emang ga ada yg bisa ngalahin, saya pun langsung melihat ke arah batu dan......
Apes banget dah, itu mahluk udah ada pas di depan saya, tinggi besar dengan bulu di beberapa anggota tubuhnya, cahaya yang dihasilkan dari api unggun membuat si mahluk terlihat jelas sekali, mukanya di penuhi bulu, gigi taringnya menjembul keluar, matanya merah dan tertutup rambut.
Genderuwo adalah mahluk yang sangat jail, kenapa jail ? Karena menurut saya jail sangatlah pantas untuknya di banding jahat.
Tatapan saya terpaku sama mahluk besar tersebut, demikian pula dengan si genderuwo, jelas sekali suara deru nafas dari si genderuwo yang begitu berat, sampai keluarlah statement dari si genderuwo.
"Pergi kamu, pergi kamu, pergi kamu !!!"
Perintah si mahluk seakan tau kalau saya belum mandi (-___-").
"Saya lagi bakar belut, saya lapar mau makan belut"
Jawab saya waktu itu sambil terus fokus ke arah belut yang sedang saya bakar.
Tak lama tiba tiba angin yang tadi nya tenang menjadi ribut, sangat berisik dan gemuruh,
Saya yang ga tau musti gimana, akhirnya mencoba bangkit dan pergi dari tempat tersebut, suara deru nafas genderuwo itu masih terdengar jelas, saya ga berani buat langsung menatap mukanya lagi, takut jatuh cinta.
Jadi saya cuma memperhatikan tangan si mahluk tersebut yang besar dan berkuku panjang, saat mencoba berjalan, tubuh serasa lemas, mungkin karena lapar.

0 komentar

Posting Komentar